RS Al Quds yang Dikelola Bulan Sabit Palestina Terpaksa Berhenti Beroperasi

by bsmi / 17 Nov, 2023

GAZA -- Bulan Sabit Merah Palestina sebagai pengelola RS Al Quds di Gaza mengumumkan jika RS Al Quds berhenti beroperasi per 12 November 2023. Berhentinya operasional RS Al Quds karena ketiadaan bahan bakar dan pemadaman listrik yang sangat diperlukan dalam tindakan medis di RS. 

"Setiap staf medis membuat semua usaha untuk merawat pasien dengan semua keterbatasan bakar bakar dan alat yang tidak beroperasi termasuk dengan metode tidak biasa untuk memastikan pasien mendapat perawatan di tengah pasokan medis, makanan dan air yang menipis," ujar pernyataan Bulan Sabit Merah Palestina.

Selain itu, pengeboman penjajah di sekitar RS Al Quds terus menerus dibom penjajah sehingga menimbulkan 
risiko besar bagi staf medis, pasien, dan warga sipil yang menjadi pengungsi.

Bulan Sabit Merah Palestina meminta pertanggungjawaban komunitas internasional dan para penandatangan Konvensi Jenewa Keempat atas hancurnya sistem layanan kesehatan di Gaza dan krisis kemanusiaan yang mengerikan. 

Juru bicara Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, Tommaso Della Longa mengatakan, Rumah Sakit al-Quds telah terputus dari dunia luar dalam enam hingga tujuh hari terakhir.

“Tidak ada jalan masuk, tidak ada jalan keluar,” kata Della Longa.

Selain Rumah Sakit Al-Quds, Rumah Sakit al-Shifa yang merupakan fasilitas kesehatan besar lainnya di Gaza utara, sekarang juga ditutup untuk pasien baru. Staf RS al-Shifa mengatakan bahwa pengeboman Israel, kurangnya bahan bakar dan obat-obatan menyebabkan mereka yang sudah dirawat bisa meninggal.

Rumah sakit di wilayah utara Gaza telah diblokade oleh pasukan Israel dan hampir tidak mampu merawat mereka yang berada di dalamnya. Staf medis mengatakan, semakin banyak orang yang terbunuh dan terluka setiap hari, namun semakin sedikit tempat yang bisa dituju oleh korban luka.

“Anak saya terluka dan tidak ada satu pun rumah sakit yang bisa saya akses sehingga dia bisa mendapatkan jahitan,” kata Ahmed al-Kahlout, yang melarikan diri ke selatan karena khawatir tidak ada tempat yang aman di Gaza.